Inventory/Persediaan (Pengertian Inventory, Tujuan Inventory, Fungsi Inventory, Jenis-Jenis Inventory, dan Komponen Biaya Inventory)
1. Pengertian Inventory/Persediaan
Persediaan
atau inventory adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk
memenuhi tujuan tertentu. Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha
umumnya memiliki persediaan. Keberadaannya tidak saja dianggap sebagai beban
(liability) karena merupakan pemborosan (waste), tetapi sekaligus juga dapat
dianggap sebagai kekayaan (asset) yang dapat segera dicairkan dalam bentuk uang
tunai (cash).
Sistem
pengelolaan persediaan merupakan serangkaian kebijakan pengendalian untuk
menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga. Apabila jumlah persediaan
terlalu besar (overstock) mengakibatkan timbulnya dana menganggur yang besar,
juga menimbulkan resiko kerusakan barang yang lebih besar dan biaya penyimpanan
yang tinggi. Namun jika persediaan terlalu sedikit mengakibatkan resiko
terjadinya kekurangan persediaan (stockout) karena seringkali barang tidak
dapat didatangkan secara mendadak dan sebesar yang dibutuhkan, yang menyebabkan
terhentinya proses produksi, tertundanya penjualan, bahkan hilangnya pelanggan.
Berikut ini beberapa pengertian persediaan
(inventory) dari beberapa sumber buku:
· Menurut
Schroeder (2000), Persediaan adalah stock bahan yang
digunakan untuk memudahkan produksi atau untuk memuaskan permintaan pelanggan.
· Menurut Johns dan Harding (2001), persediaan yaitu suatu keputusan investasi yang
penting sehingga perlu kehati-hatian.
· Menurut Rangkuti (2004), persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi
barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode
usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau
proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya
dalam suatu proses produksi.
· Menurut Warren (2005), persediaan adalah barang dagang yang dapat disimpan
untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan dan dapat digunakan dalam
proses produksi atau dapat digunakan untuk tujuan tertentu.
· Menurut Herjanto (2007), persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan
yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan
dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku
cadang dari suatu peralatan atau mesin.
· Menurut Nasution dan Prasetyawan (2008), persediaan merupakan idle resources atau sumber
daya menganggur yang menunggu proses lebih lanjut.
· Menurut Kieso dkk (2008), persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan
digunakan atau dikonsumsi dalam membuat barang yang akan dijual.
· Menurut Alexandri (2009), persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi
barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode
usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau
proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam
proses produksi.
·
Menurut Ristono (2009), persediaan adalah barang-barang yang disimpan untuk
digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.
·
Menurut Kusuma (2009), persediaan diartikan sebagai barang yang disimpan
untuk digunakan atau dijual pada periode mendatang.
2. Tujuan Inventory/Persediaan
Persediaan mempunyai peran besar dalam rangka mempermudah atau
memperlancar operasi perusahaan. Adapun tujuan pengelolaan persediaan adalah
sebagai berikut:
·
Menghilangkan risiko keterlambatan barang
tiba.
·
Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau
permintaan.
·
Menjaga keberlangsungan produksi atau
menjaga agar perusahaan tidak mengalami kehabisan persediaan yang
mengakibatkan terhentinya proses produksi.
·
Memberikan pelayanan yang sebaik mungkin
kepada konsumen dengan tersedianya barang yang diperlukan.
3. Fungsi Inventory/Persediaan
Pada prinsipnya persediaan mempermudah
atau memperlancar jalannya operasi perusahaan/pabrik yang harus dilakukan
secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta menyampaikannya
pada para pelanggan atau konsumen.
Rangkuti (2007:15)
menjelaskan adapun fungsi-fungsi persediaan oleh suatu perusahaan/pabrik adalah
sebagai berikut.
· Fungsi
Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat
memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan
mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada
pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam
proses diadakan agar departemen-departemen dan proses-proses individual
perusahaan terjaga “kebebasannya”. Persediaan barang jadi diperlukan untuk
memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para pelanggan. Persediaan
yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat
diperkirakan atau diramalkan disebut fluctuation stock.
· Fungsi
Economic Lot Sizing. Persediaan lot size ini perlu
mempertimbangkan penghematan atau potongan pembeliaan, biaya pengangkutan per
unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan
melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya- biaya
yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko,
dan sebagainya).
· Fungsi
Antisipasi. Apabila perusahan
menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar
pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini
perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasional inventories).
4. Jenis - Jenis Inventory/Persediaan
Menurut Render dan Heizer (2005), berdasarkan proses
manufakturnya persediaan dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
·
Persediaan bahan baku (raw material
inventory). Adalah persediaan yang dibeli tetapi
tidak diproses. Persediaan ini dapat digunakan untuk mendecouple (memisahkan)
para pemasok dari proses produksi.
· Persediaan
barang setengah jadi (working in process inventory). Adalah bahan baku atau komponen yang sudah
mengalami beberapa perubahan tetapi belum selesai. Adanya work in process
disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah produk (disebut
siklus waktu). Mengurangi siklus waktu berarti mengurangi persediaan.
·
Persediaan
pemeliharaan, perbaikan dan operasi (maintenance, repair, operating, MRO). Pemeliharaan, perbaikan, operasi digunakan untuk
menjaga agar permesinan dan proses produksi tetap produktif. MRO tetap ada
karena kebutuhan dan waktu pemeliharaan dan perbaikan beberapa peralatan tidak
diketahui.
·
Persediaan
barang jadi (finished goods inventory). Adalah produk yang sudah selesai dan menunggu pengiriman. Barang jadi
bisa saja disimpan karena permintaan pelanggan dimasa depan tidak
diketahui
Sedangkan menurut Ristono (2009),
berdasarkan tujuannya persediaan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sebagai
berikut:
· Persediaan
pengaman (safety stock). Persediaan
pengaman adalah persediaan yag dilakukan untuk mengantisipasi unsur ketidakpastian
permintaan dan penyediaan. Apabila persediaan pengaman tidak mampu
mengantisipasi ketidakpastian tersebut, maka akan terjadi kekurangan persediaan
(stockout).
·
Persediaan
antisipasi. Persediaan antisipasi disebut
sebagai stabilization stock merupakan persediaan yang dilakukan untuk
menghadapi fluktuasi permintaan yang sudah dapat diperkirakan sebelumnya.
·
Persediaan
dalam pengiriman (transit stock).
Persediaan dalam pengiriman disebut work-in process stock adalah persediaan
yang masih dalam pengiriman. Persediaan ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
Eksternal transit stock adalah persediaan yang masih berada dalam transportasi.
Internal transit stock adalah persediaan yang masih menunggu untuk diproses
atau menunggu sebelum dipindahkan.
5. Komponen
Biaya Inventory/Persediaan
Salah satu tujuan persediaan adalah mendapatkan biaya yang minimum. Oleh
karena itu, menurut Nasution dan Prasetyawan (2008:121) dalam menentukan biaya
persediaaan perlu diketahui bahwa biaya-biaya yang mencakup dalam persediaan
sebagai berikut.
· Biaya penyimpanan (holding costs atau carrying costs), yaitu terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata- rata persediaan semakin tinggi. Biayabiaya yang termassuk sebagai biaya penyimpanan adalah:
a. biaya
fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin ruangan, dan
sebagainya.
b. biaya
modal (opportunity costs of capital), yaitu alternative pendapatan atas dana
yang diinvestasikan dalam persediaan,
c. biaya
keusangan,
d. biaya
penghitungan fisik,
e. biaya
asuransi persediaan,
f. biaya
pajak persediaan,
g. biaya
pencurian, pengrusakan, atau perampokan,
h. biaya penanganan persediaan dan sebagainya.
Biaya-biaya
tersebut di atas merupakan variabel apabila bervariasi dengan tingkat
persediaan. Apabila biaya fasilitas penyimpanan (gudang) tidak variabel, tetapi
tetap, maka tidak dimasukkan dalam biaya penyimpanan per unit. Biaya
penyimpanan persediaan berkisar antara 12 sampai 40 persen dari biaya atau
harga barang. Untuk perusahaaan manufakturing biasanya, biaya penyimpanan
rata-rata secara konsisten sekitar 25 persen.
·
Biaya
pemesanan atau pembelian (ordering costs atau procurement costs). Biaya-biaya ini meliputi:
a. pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi,
b.
upah,
c.
biaya telepon,
d.
pengeluaran surat menyurat,
e.
biaya pengepakan dan penimbangan,
f.
biaya pemeriksaan (inspeksi)
penerimaan,
g.
biaya pengiriman ke gudang,
h.
biaya utang lancar dan sebagainya.
Pada umumnya, biaya pemesanan (di luar biaya bahan
dan potongan kuantitas) tidak naik apabila kuantitas pemesanan bertambah besar.
Tetapi, apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah
pesanan per periode turun, maka biaya pemesanan total akan turun. Ini berarti,
biaya pemesanan total per periode (tahunan) sama dengan jumlah pesanan yang
dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali
pesan.
·
Biaya
penyiapan / manufacturing (setup cost). Hal ini terjadi apabila bahan-bahan tidak
dibeli, tetapi diproduksi sendiri (didalam pabrik) perusahaan, perusahaan
tersebut menghadapi biaya penyiapan (setup cost) untuk memproduksi komponen
tertentu. Adapun didalam biaya-biaya ini terdiri dari seperti berikut:
a.
Biaya mesin-mesin menganggur
b.
Biaya penyiapan tenaga kerja langsung
c.
Biaya penjadwalan
d.
Biaya ekspedisi dan lain sebagainya
·
Biaya
kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs) . Adalah biaya yang timbul apabila
persiapan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk
biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut:
a. kehilangan penjualan,
b.
kehilangan pelanggan,
c.
biaya pemesanan khusus,
d.
biaya ekspedisi,
e.
selisih harga,
f.
terganggunya operasi,
g.
tambahan pengeluaran kegiatan
manajerial dan sebagainya.
Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktik, terutama karena kenyataannya biaya ini sering merupakan opportunity costs yang sulit diperkirakan secara objektif.
Daftar Pustaka:
Komentar
Posting Komentar